Related Websites

Sabtu, 15 September 2012

Hari Ketiga : Cerita Dari Teman Ku

9 September 2012, Minggu :

Pukul 08:00 : Teman ku baru membalas SMS yang semalam aku kirim. Ia mengatakan ia ingin aku temani di rumah sakit hari itu, ia juga mengabarkan kalau ayahnya akan dioperasi esok hari. Didalam salah satu SMS-nya ia mengatakan ada suatu hal yang ingin ia ceritakan padaku sesampainya aku disana, berita yang bahkan belum ia bisa sampaikan kepada ibu dan adiknya. Jantung ku pun langsung berdegup kencang, takut dengan apa yang akan ia ceritakan nanti kepada ku.

Pukul 11:30 : Aku bersiap berangkat dari rumah, tetap dengan menyertakan pacarku (thank's hunny :) ). Sepanjang jalan aku sempat membeli 4 buah jus
untuk aku, pacar, teman ku, dan satu lagi mungkin untuk salah satu keluarganya nanti.


Pukul 12:30 : Tepat setengah jam sebelum pintu jam besuk ditutup aku telah sampai dirumah sakit. Aku berpapasan dengan temanku di lorongg rumah sakit,,,
katanya ia ingin membayar uang muka untuk operasi ayahnya. Akhirnya aku menemaninya untuk mengurus biaya administrasi untuk operasi dan pacar ku kekamar ayah temanku untuk menemani beliau, sekaligus membawakan tas ku masuk agar nanti aku tetap dapat bebas berkeliaran didalam rumah sakit walaupun jam besuk telah lewat.

Pukul 12:45 : Ternyata loket administrasi masih tutup, kemungkinan sedang istirahat. Aku dan temanku memilih duduk menunggu didepan loket sambil bercerita sesekali bercanda, namun tiba-tiba disela bercandaan kami, air mata kembali menetes kali ini bahkan dengan derasnya. Kuusap tanganku dibahunya sambil bertanya ada apa. Dan iapun mulai bercerita dengan suara yang diiringi dengan isakan, bahwa ia mendapat kabar dari dokter keadaan ayahnya sudah parah, tumor yang berdiam diperut ayahnya sudah riskan untuk diangkat karena sudah menempel dengan pembuluh darah, operasi yang diadakan bessok bukan untuk menghilangkan tumornya hanya untuk membuat saluran baru agar ayahnya dapat makan.

Ia berkata dengan lirih bahwa ayahnya sangat ingin untuk sembuh total tanpa adanya tumor itu lagi didalam perutnya. Sempat ia tak menerima ucapan kakaknya yang sedang berada diluar negeri karena tugas negara bahwa ia harus mulai untuk belajar ikhlas untuk segala hal yang akaan terjadi walaupun mungkin itu hal yang buruk.

Tak banyak kata yang bisa kuucapkan saat itu, karena berusaha untuk menahan tangis didepan teman ku pun terasa sangat sulit, tapi aku tahu aku harus melakukannya, aku tidak boleh membuatnya tambah goyah. Merasa bersalah karena aku tak banyak menemukan banyak kata untuk menghiburnya, aku memilih untuk menggenggam tangannya dan mengusap bahunya, berharap agar bisa sedikit meringankan pilunya.

Pukul 13:00 : Aku menemani temanku untuk kembali kekamar ayahnya. Sesampainya disana aku dan pacar meminta izin untuk sholat dzuhur. Seperjalanan menuju masjid, ku ceritakan kepada pacar ku perihal yang membuatnya kemarin malam tiba-tiba menangis. Ternyata di masjid aku berpapasan dengan adik dan ibunya yang baru selesai sholat. Aku melihat raut mereka masih dapat tersenyum saat itu, merasa sedikit tak adil karena aku telah mengettahui terlebih dahulu hal tentang keluarga mereka.

Pukul 13:20 : Aku kembali kekamar dan temanku bercerita, saat itu terjadi kebingungan, yang tadinya kakaknya telah menyetujui untuk melakukan operasi ayahnya di rumah sakit tersebut ternyata berubah pikiran untuk memindahkan ayahnya kerumah sakit lain. Akupun kembali menemani temanku untuk menarik kembali uang yang telah dibayarkan untuk uang muka operasi agar dapat pindah rumah sakit.

Dan seperti biasa untuk menarik uang kembali tak pernah semudah saat membayarkannya, butuh birokrasi yang rumit dan waktu yang lama sedangkan semuanya harus berpacu dengan keadaan ayahnya yang harus semakin kesakitan. Akhirnya dengan segala pertimbangan baru, kembali keepada keputusan awal, operasi ayahnya tetap dilakukan di rumah sakit ini hari ini Senin esok.

Pukul 16:00 : Teman ku, adik dan ibunya sedang berkumpul dikamar ayahnya, aku dan pacar memutuskan untuk berada di teras depan paviliun kamar sambil membicarakan banyak hal. Hingga sesaat kemudian aku melihat sekelebatan temanku masuk kedalam paviliun kamar, padahal tadinya ku pikir ia sedang berada didalam sedari tadi.

Aku mangajak pacar untuk masuk kedalam paviliun kamar juga, dan ternyata di lorong depan kamar yang kulihat adalah teman ku dan adiknya sedang menangis. Kuhampiri mereka berdua, belum jelas cerita yang kudapat, karena yang terdengar dari mereka hanya isakan. Akhirnya aku memutuskan mengajak mereka berdua untuk ke teras paviliun tempat ku tadi agar bisa bercerita lebih tenang. Sedangkan pacarku masuk kedalam kamar untuk melihat keadaan didalam.

Dan kembali kabar tidak baik yang diceritakan kakak-beradik tersebut. Ternyata mereka berdua baru saja berbinicang dengan dokter yang menangani ayahnya. Dan dokter memvonis umur ayah mereka, mengatakan bahwa harapan itu tipis, tindakan kemotrapi pun sudah tak berfungsi untuk dilakukan.

Bukan cuma hatiku yang tersentak, jantung  ku pun serasa berhenti berdetak. Dan kembali aku tak dapat mengeluarkan kata-kata yang patut mereka dengar, bukan hak ku untuk banyak berbicara tentang keadaan mereka, seakan-akan aku paling mengerti. Kembali hanya sedikit kata yang ku lontarkan dan sambil kuusap tanganku dibahu kakak-beradik tersebut, cuma itu yang dapat kulakukan, tetap sambil menahan tangis yang mulai membuncah di dada ku.

Saat mereka merasa lebih tenang, mereka memutuskan untuk kembali kedalam kamar, pacar ku pun keluar untuk menghampiri ku. Luapan dada yang sedari tadi membekap ku tiba-tiba ku keluarkan semuanya, aku tahu ini bukan kisah ku, mungkin belum, tapi tak dapat kutahan lagi semua perasaan yang kurasakan saat hingga aku pun menangis terisak didepan pacar ku. Ia pun mengelus punggung ku. Sungguh aneh, tadi aku yang mengelus kedua kakak-beradik tersebut, tapi ternnyata aku sendiri memerlukan sentuhan.

Pukul 18:00 : Keadaan mulai lebih kondusif untuk semuanya. Setelah selesai sholat maghrib, aku dan pacar kembali masuk kekamar. Aku baru tersadar ternyta sudah tidak ada lagi semburat merah di pipi teman ku, tapi aku tahu dia berusaha membuat semuanya "akan baik-baik saja"

Pukul 20:00 : Aku dan pacar berpamitan pulang. Walalupun sebenernya kami (aku, pacar, dan temanku) masih mengbrol didepan rumah sakit hingga pukul 21:00. Setelah itu aku baru benar berpamitan pulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar